Jumat, 24 April 2009

Mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan sebuah Lembaga yang lahir sebagai alternative untuk memberikan layanan bagi kelompok masyarakat yang tidak dapat dilayani oleh pendidikan formal. Dimana dalam UU system Pendidikan Nasional no.20/2003, pemerintah mendefinisikan Pendidikan Non Formal di Indonesia sebagai jalur pendidikan di luar jalur pendidikan Formal yang bersifat sistematis dan berjenjang.
Pada kenyataannya PKBM merupakan sebuah organisasi yang lahir dari kebutuhan masyarakat yang penyelenggaraannya dikelola oleh masyarakat dan nantinya diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri.

Keadaan PKBM saat ini
Dalam sebuah PKBM sedikitnya diselenggarakan tiga jenis kegiatan seperti program kesetaraan paket A,B maupun C, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), berbagai jenis ketrampilan kerja seperti perbengkelan, menjahit, tata boga, computer dan lain sebagainya. Karena PKBM merupakan lembaga pendidikan non formal maka peserta didik yang mengikuti kegiatan tidak dibatasi oleh usia.
Heterogenitas usia pada peserta didik tersebut menyebabkan adanya rentang usia yang cukup lebar. Dari segi positif hal ini dengan sendirinya bisa melatih peserta didik untuk bersifat toleran. Namun hal ini harus diimbangi dengan tersedianya tutor yang akan menjadi pendamping sekaligus fasilitator bagi mereka dalam belajar . Tanpa kecukupan tenaga tutor baik dalam kualitas maupun kuantitas, maka hal ini justru bisa mengakibatkan adanya kesenjangan pencapaian hasil belajar pada kelompok usia tertentu.
Sebagian besar peserta didik di PKBM (walaupun hingga saat ini belum diketahui jelas berapa presentase rata-rata) berasal dari keluarga prasejahtera, dan ini pula yang menyebabkan mereka putus sekolah. Sehingga bisa dipastikan akan sangat sulit untuk mengandalkan pembiayaan swadaya dari masyarakat. Tidaklah mengherankan kalau hingga saat ini dana block grant dari pemerintahlah yang menjadi sumber dana utama dari PKBM walaupun ada juga PKBM yang telah maju yang mendapatkan dana bantuan dari stakeholder yang berada disekitarnya.
Dengan melihat latar belakang peserta didik itu pula maka penyelenggaraan pembelajaran di PKBM fleksibel dalam hal waktu bahkan tempat belajar. Sedikitnya pendanaan berimbas pada sarana dan prasarana belajar yang minim. Untuk ruang belajar biasanya PKBM meminjam tempat umum seperti sekolah yang dipakai bergantian waktu dengan sekolah formal atau di balai desa. Dengan kondisi yang demikian maka diperlukan kemandirian belajar yang tinggi bagi peserta didik, namun mengingat usia yang bervariasi hal ini bisa menyebabkan motivasi peserta didik yang sangat bervariasi pula.

Langkah-langkah mengembangkan PKBM
Dengan melihat kondisi yang ada maka diperlukan kebebasan bagi PKBM untuk berkembang melalui penyelenggaraan program sesuai dengan kebutuhan


lingkungan, tanpa didikte oleh kucuran block grant pemerintah. Hal ini bisa ditempuh melalui:
1.Melakukan Identifikasi dan Analisa Kebutuhan Masyarakat
Ketergantungan yang besar pada block grant pemerintah menyebabkan PKBM memprioritaskan kegiatan yang akan didanai tanpa melihat apakah kegiatan tersebut sesuai dan benar-benar dibutuhkan oleh masyrakat sekitar. Sehingga dalam prakteknya analisa kebutuhan masyarakat sering ditinggalkan yang pada akhirnya program yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Singkat cerita program tersebut akhirnya menjadi program menghabiskan uang .
Identifikasi bisa dilakukan dengan observasi, wawancara,survei masyarakat,kunjungan lapangan serta analisa pustaka. Dalam hal ini perlu diperhatikan keadaan geografis, demografis, ekonomi dan social budaya, bahasa, dan pendidikan. Salah satu cara yang bisa dipilih adalah dengan membuat pemetaan masalah serta potensi yang dapat dideskripsikan dan diberikan batasan untuk akhirrnya dijadikan sebagai masalah yang akan dianalisa sebagai acuan pembuatan program.

2.Membuat dan mengembangkan rencana program berdasarkan hasil identifikasi dan analisa kebutuhan masyarakat.
Sebuah rencana program bisa dikatakan sebagai kunci dari keberhasilan lembaga karena dengan perencanaan ini maka segala keterbatasan yang ada baik itu dana, SDM dan sumberdaya yang lain bisa teratasi. Dengan perencanaan program pula maka PKBM bisa mengajak pihak lain untuk bekerjasama.
Sebagai bahan utama dalam pembuatan program adalah hasil analisis kebutuhan masyarakat, sehingga dalam kegiatan perencanaan ini perlu dilibatkan pengelola PKBM, Tutor, pelaksana program dilapangan serta wakil dari kelompok sasaran atau calon peserta didik. Namun perlu diingat bahwa pengelola PKBM sebaiknya tidak memberikan janji pada kelompok sasaran agar jangan sampai hal ini malah jadi bumerang bagi PKBM.

3.Melibatkan peserta didik dalam kegiatan PKBM
Ketika peserta didik diajak untuk merencanakan program yang akan dijalankan oleh PKBM bagi mereka, maka peserta didik tersebut akan merasa dihargai dan ini akan berpengaruh pula pada rasa memiliki PKBM yang akan tertanam dalam diri mereka .Hal ini akan meningkatkan motivasi dan komitmen mereka pada kegiatan yang mereka jalankan dilingkungan PKBM.

4.Mengembangkan Struktur organisasi dan Uraian tugas SDM
Sebagian besar pengelolaan PKBM dilakukan oleh masyarakat sehingga banyak sekali ditemukan PKBM yang memiliki struktur organisasi yang berjalan tanpa uraian tugas yang jelas bagi tiap-tiap jabatan yang ada. Dalam prakteknya banyak ditemui kesalah pahaman dalam menjalankan tugas oleh masing-masing pemegang jabatan.
Untuk itu perlu dibuat struktur organisasi yang tidak terlalu rumit yang sesuai dengan visi dan misi PKBM serta mengacu pada perencanaan program yang dijalankan. Uraian tugas juga harus diperjelas agar bisa menjadi panduan bagi masing-masing pemegang jabatan dalam melaksanakan tugasnya , ini akan berpengaruh pada alokasi tugas yang ada akan efisien dan atasan juga akan lebih mudah melakukan evaluasi kinerja.

5.Motivasi dan Kerjasama Untuk Meningkatkan kinerja
Dengan keterbatasan dana pada PKBM maka hal ini dapat dilakukan dengan membentuk tim kerja dalam setiap program yang dijalankan, dimana setiap orang dalam tim tersebut harus bisa bekerja sama, menciptakan suasana kerja yang nyaman, kreatif, saling memberi umpan balik dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi pada program yang dijalankan serta yang tak kalah penting adalah jiwa sosial yang tinggi..

6.Memperbaiki lingkungan fisik
Sebagian besar PKBM memang belum memiliki gedung sendiri, hal ini tidak dapat dipungkiri. Namun bukan berarti dengan gedung yang bergantian dengan sekolah formal atau menumpang di balai desa tersebut, sebuah PKBM tidak dapat dibuat menarik dari penampakan fisik. Motivasi belajar peserta didik maupun tutor dalam mengajar bisa jadi dipengaruhi oleh lingkungan fisik yang baik.
Perbaikan ini bisa dilakukan diantaranya dengan menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Reduce berarti mengurangi pemakaian bahan-bahan yang bisa dilakukan dengan membeli bahan-bahan yang hanya diperlukan saja. Reuse yaitu memakai kembali bahan-bahan bekas yang masih bisa terpakai. Recycle yang berarti mendaur ulang.

7.Tertib administrasi dan pembukuan
Perlu disadari oleh pengelola PKBM bahwa administrasi dan pembukuan sangat berperan penting bagi kelangsungan program maupun PKBM itu sendiri. Hal ini mengingat bahwa administrasi dan pembukuan berguna dalam memberikan data baik itu soal keuangan, personalia, kegiatan, peserta didik dan sebagainya yang nantinya akan digunakan dalam monitoring dan evaluasi yang akan menjadi acuan bagi pembuatan program berikutnya. Jadi pembukuan dan administrasi tidak hanya dijadikan sebagai alat pelengkap dalam pelaporan bagi pemberi dana.
8.Melakukan monitoring dan evaluasi yang efektif
Monitoring dilakukan secara terus-menerus setiap triwulan atau persemester guna memantau kemajuan kegiatan yang sedang berjalan sehingga bisa dilakukan perbaikan secepat mungkin yang nantinya bisa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Evaluasi dilakukan pada setiap akhir program guna menilai pencapaian hasil program, apakah program itu berhasil atau tidak. Hasil evaluasi ini nantinya akan digunakan untuk perbaikan program yang akan berjalan.