Senin, 17 Agustus 2009

SUSAHNYA MENGAJAK CALON PESERTA DIDIK KEAKSARAAN FUNGSIONAL BELAJAR


Hari gini nggak bisa baca? Nggak mungkin.

Siapa bilang nggak mungkin. Bagi masyarakat dilingkungan keluarga prasejahtera, pendidikan adalah hal nomor sekian..... tidak masuk dalam hitungan sepuluh besar bila dibandingkan dengan urusan membeli sembako dan memikirkan bagaimana untuk hidup besok. Kalau pun mereka tidak bisa baca tulis, bukan berarti mereka tidak bisa menghitung, beberapa diantaranya malah sangat pintar menghitung, tapi..... menghitung yang berhubungan dengan duit. Jelas saja, karena sebagian dari mereka adalah berdagang kecil-kecilan.


KAlau mereka ditawari untuk belajar baca, tulis dan berhitung rata-rata mereka malu. Lebih lagi mereka juga sudah malas. Untuk apa lagi belajar, toh sekarang mereka bisa bekerja dan mendapatkan uang, walaupun hanya sebagai pembantu rumah tangga, tukang cuci, berdagang kecil-kecilan dan pekerjaan kasar lainnya. Untuk itulah dalam mengajak mereka agar mau belajar, harus diberikan rangsangan yang bisa membangkitkan minat dan sem,angat mereka, diantaranya dengan memberikan pelatihan ketrampilan.


Kegiatan ketrampilan yang paling disukai adalah memasak, selain karena lebih mudah dibanding dengan jenis ketrampilan lainnya, jahit misalnya. Ternyata belajar memasak bisa dijadikan umpan yang efektif yaitu dengan membagikan hasil masakan yang telah dipraktekkan. JAdi kalau boleh dibilang "belajar karena sepotong roti".

Kamis, 30 Juli 2009

WISATA KREATIF MUSEUM

Kalau dulu wisata museum dianggap membosankan, kini dengan berbagai kegiatan kreatif yang di selenggarakan oleh pengelola museum, ternyata bisa jadi satu kegiatan yang bermanfaat. Selain murah meriah dari segi harga ternyata wisata museum juga bisa menumbuhkan kreatifitas anak baik anak usia dini hingga remaja yang duduk di tingkat pendidikan menengah .

MUSEUM TEKSTIL

Perjalanan dimulai dari museum tekstil yang terletak di Tanah Abang. Dari depan yang terlihat adalah para pedagang barang bekas dan kemacetan akibat kendaraan umum yang berjalan perlahan sambil mencari penumpang, maklumlah selain dekat dengan pasar grosir tanah abang , museum ini juga diapit oleh stasiun dan terminal tanah abang. Begitu masuk ke dalam halaman museum yang luas yang nampak justru suasana sepi dengan pepohonan besar yang rindang. Setelah menapaki beberapa tangga depan bangunan museum, kita akan menemui petugas penjual karcis. Harganya sangat murah, 750 rupiah untuk pelajar/mahasiswa dan 1500 rupiah untuk umum. Bayangkan betapa murahnya! Dan ini berlaku untuk semua museum di Jakarta.



Memasuki sebuah ruangan yang besar kita akan menemukan berbagai koleksi tekstil baik yang masih berupa kain maupun baju jadi dari berbagai daerah di nusantara. Keluar dari bangunan utama kita menuju kebun belakang yang ditanami berbagai jenis tumbuhan penghasil pewarna alami.
Kalau kita ingin belajar membatik maka kita menuju ke bagian samping museum, sebuah bangunan paviliun dengan bentuk rumah betawi. Dengan biaya 30 ribu rupiah kita sudah mendapatkan kain selebar saputangan dan bahan untuk membatik, jika menginginkan yang lebih besar lagi maka kita harus menambah biaya sesuai dengan besaran kain yang ingin kita batik.








MUSEUM WAYANG
Perjalanan dilanjutkan ke arah Jakarta Kota tepatnya di seputaran Taman Fatahillah dekat dengan stasiun kota. Kalau dari museum Tekstil kita bisa menggunakan kendaraan umum yaitu mikrolet jurusan Tanah Abang- Kota.
Di komplek ini banyak sekali bangunan tua bersejarah yang dijadikan sebagai museum. Tapi kali ini kita hanya akan mengunjungi museum wayang dan museum keramik. Kebetulan dari museum wayang menuju museum keramik kita harus menyeberangi taman Fatahillah.
Begitu masuk museum wayang kita akan menemui penjaga karcis dan masuk menuju bagian belakang. Di taman belakang kita bisa menemukan prasasti kuburan Gubernur Jenderal VOC yaitu Jan Pieter Sun Coen . Jika kita berjalan lurus sedikit kita akan menemukan tangga menuju ke bagian atas. Disinlah kita bisa melihat koleksi wayang Nusantara. Setelah selasai kita bisa kembali lagi ke lantai satu dan menuju ruang serba guna.
Jika kita datang bersama rombongan disana kita bisa meawarnai gambar wayang yang sudah disediakan oleh pihak museum dengan membayar uang tambahan sebesar 5 ribu rupiah. Bagi gambaran yang terbaik pihak museum akan meberikan hadiah beruap piagam dan juga komik wayang.









MUSEUM KERAMIK >

Di museum keramik kita bisa melihat aneka jenis keramik dari yang sangat besar hingga kecil peninggalan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Di dalam ruang pamer kita juga bisa melihat koleksi lukisan para pelukis terkenal di Indonesia.
Jika kita ingin belajar mebuat keramik maka kita tinggal membayar 15 ribu rupiah, maka kita akan mendapat satu paket tanah lempung yang siap kita bentuk dengan bantuan pengajar yang setiap hari selalu siap disana.


Untuk bisa belajar kreatif di museum ini bisa dilakukan pada hari Selasa-Minggu pada jam 09.00 s/d 16.00. Pada hari Senin museum tutup.

Senin, 04 Mei 2009

Monitoring dan Evaluasi

Manfaat Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian terpenting dalam suatu siklus pengelolaan program. seperti planning, actuating, dan organizing. Tujuan monev adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dalam perencaan program dengan hasil yang dicapai melalui kegiatan dan/atau program secara berkala.. Apabila dalam pelaksanaan Monev ditemukan masalah atau penyimpangan, maka secara langsung dapat dilakukan bimbingan, saran-saran dan cara mengatasinya serta melaporkannya secara berkala kepada pemangku kepentingan (stakeholders).

Dengan demikian manfaat dari Monitoring dan Evaluasi adalah :
Mengetahui proses dan hasil terhadap penyelenggaraan program PNF
Alat manajemen untuk proses belajar dari pengalaman (belajar dari keberhasilan dan kegagalan)
Untuk membuat perencanaan dan melaksanakan rencana dengan lebih baik di masa mendatang.
Dapat diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan tingkat pencapaian tujuan (keberhasilan), ketidakberhasilan, hambatan, tantangan, dan ancaman tertentu dalam mengelola program PNF
Sebagai alat untuk mengukur kemajuan dan pencapaian proyek/program.

Hasil Monitoring dan Evaluasi dapat digunakan sebagai
bahan untuk melaksanakan perbaikan program di masa yang akan datang.
media untuk pembelajaran dan pemikiran strategi bagi pemimpin dan staf serta stakeholder yang terlibat dalam program.
membantu organisasi untuk membuat keputusan sesuai dengan framework visi dan misi organisasi.

Pengertian Monitoring dan Evaluasi
Monitoring (pemantauan) adalah suatu proses untuk mengetahui pelaksanaan program yang sedang berjalan. Kegiatan monitoring dapat membantu meningkatkan kualitas program dan mengidentifikasii masalah-masalah yang harus diatasi guna mencapai tujuan program. Pada dasarnya monitoring merupakan salah satu bentuk pemantauan terhadap proses pelaksanaan program. Sehingga akan diketahuai kelemahan dan keunggulan dalam proses pelaksanaannya

Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan pencapaian secara umum dari sebuah program. Kegiatan evaluasi dapat membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sebuah program untuk ditingkatkan dan diperbaiki di masa yang akan datang (memastikan bahwa program tersebut, apakah mencapai tujuan/keberhasilan program.) kegiatan evaluasi lebih menekankan proses penilaian terhadap kualitas kinerja lembaga dan performance pelaksanaan program baik yang berkaitan dengan kemampuan nara sumber, pengelola kegiatan ,peserta program, saran prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaam program, biaya maupun out put program serta pengaruh program ada kelemahan, maka segera melakukan perbaikan terhadap program tersebut.

Perbedaan Monitoring dan Evaluasi Program
MONITORING
FREKWENSI
Terus menerus secara teratur: bulanan, triwulan, kuartal, tengah tahunan, dan tahunan selama program atau proyek beroperasi

KEGIATAN
Memantau kemajuan / proses kegiatan
Memperbaiki pelaksanaan kegiatan sehingga sesuai dengan yang direncanakan
mereview setiap kegiatan pada setiap tingkat implementasi

TUJUAN
Meningkatkan efisiensi
mengidentifikasi kemajuan, memperbaiki penyimpangan, dan memanfaatkan kekuatan.

MANFAAT
Sebagai bahan untuk perbaikan program yang sedang berjalan

METODE
Partisipatif di mana dalam pelaksanaannya melibatkan pengguna atau stakeholder program atau proyek dalam mengukur, mencatat, mengumpulkan data, memproses dan menyampaikan informasi kepada personil manajemen program dan anggota-anggotanya dalam pembuatan keputusan.

HASIL
Informasi dapat dijadikan basis untuk evaluasi


EVALUASI
FREKEWENSI
Pertengahan program atau setelah implementasi program (Tiap akhir program)

KEGIATAN
Menilai pencapaian keberhasilan program
memperbaiki program yang sedang berjalan dan di masa datang (lessons learned).
mempelajari pencapaian program, efektifitas, efisiensi
Menilai pencapaian keberhasilan program
memperbaiki program yang sedang berjalan dan di masa datang (lessons learned).
mempelajari pencapaian program, efektifitas, efisiensi

TUJUAN
Meningkatkan efektifitas, dampak, perencanaan program ke depan

MANFAAT
Sebagai bahan untuk perbaikan program di masa yang akan datang

METODE
Partisipatif dengan melibatkan semua stakeholder, mengumpul data, analisis dan evaluasi data, rekomendasi hasil

HASIL
Dipublikasi untuk akuntabilitas dan pengakuan sosial


Tahapan-tahapan Monitoring dan Evaluasi

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.Tujuan dan hasil yang diperoleh dari Monev jelas
2.Pelaksanaan Monev dilakukan secara objektif dan harus dilakukan oleh petugas yang memahami konsep, teori dan proses serta pengalaman dalam melaksanakan monev agar hasilnya sahih dan terandal
3.Pelaksanaannya dilakukan secara terbuka (transparan) sehingga dapat diketahui dan dilakukan oleh siapapun yang berkepentingan.

Cara yang dapat ditempuh melalui1.Partisipatif, artinya melibatkan berbagai pihak yang dipandang perlu dan berkepentingan secara proaktif
2.Akuntabel, artinya pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan secara internal dan eksternal
3.komprehensif, yaitu mencakup seluruh objek agar dapat menggambarkan secara utuh kondisi dan situasi sasaran Monev
4.Tepat waktu, yaitu pelaksanaannya harus dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pada saat yang tepat agar tidak kehilangan momentum yang sedang terjadi
5.berkesinambungan, yaitu dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan
6.berbasis indikator keberhasilan
7.efektif dan efisien, artinya target Monev harus dicapai dengan menggunakan sumber daya yang ketersediaannya terbatas dan sesuai dengan yang direncanakan.

Beberapa hal penting yang harus dipersiapkan untuk monitoring dan evaluasi berupa:
Menentukan tim monitoring dan evaluasi yang mewakili stakeholder program terutama target group dari program atau proyek,
Menentukan hal-hal apa saja untuk dimonitor dan evaluasi (kegiatan, wilayah, dll).
Menentukan indikator untuk M&E. Lembaga harus mengacu pada indikator dan alat ukur indikator yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan program
Membuat sistem pengumpulan data
Tabulasi data
Analisa data
Membuat laporan hasil monitoring dan evaluasi.

Ada beberapa tahap dalam merencanakan monitoring dan evaluasi yaitu:
1. Tahap perencanaan
Membuat perincian tujuan monitoring dan evaluasi
Menentukan batas-batas obyek atau hal-hal apa saja yang dimonitoring dan dievaluasi
Seleksi indikator dan standar yang mau digunakan
Pilih sumber informasi, susun prosedur, metode dan alat pengumpulan datanya
Tentukan anggaran, tenaga, dan waktu
2. Tahap Pelaksanaan
Mengumpulkan data dan informasi
Tabulasi dan analisa data
Presentasi dan laporkan temuan
Ambil tindakan yang tepat dari hasil temuan (rekomendasi temuan).
3. Tahap Penilaian
Putuskan apakah monitoring dan evaluasi akan dilanjutkan atau tidak untuk proses berikutnya.

Monev dilakukan terhadap kinerja lembaga PNF yang mencakup aspek teknis, administrasi dan pengelolaan kegiatan dan/atau program PNF tersebut. Monev yang dilakukan pada hakekatnya untuk mengukur kesesuaian pencapaian indikator keberhasilan atau target kerja yang ditetapkan dengan target yang dapat dicapai oleh lembaga PNF tersebut. Oleh sebab itu, indikator keberhasilan yang digunakan memiliki kriteria yang berlaku spesifik, jelas, relevan, dapat dicapai, dan dapat diukur secara obyektif serta fleksibel terhadap perubahan/penyesuaian.

Indikator keberhasilan atau pencapaian tujuan dapat dilihat dari:1.Penyelenggaraan:
a.Jumlah program makin meningkat dan bermutu
b.Jumlah mitra kerja yang mendukung penyelenggaraan program kegiatan bertambah.
c.Memiliki dukungan pendanaan yang memadai secara mandiri
d. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai
e.Fungsi-fungsi organisasi berjalan dengan lancar
f.Partisipasi masyarakat sekitar dalam penyelenggaraan program semakin meningkat.
g.Kesesuaian antara program yang diselenggarakan dengan kebutuhan masyarakat setempat
2.Pengelolaan Pembelajaran/Pelatihan:
1)Proses pembelajaran/pelatihan berjalan dengan baik dan lancar.
2)Meningkatnya pengetahuan/wawasan, keterampilan, dan kemampuan warga belajar dalam mengelola sumber daya yang ada di lingkungannya untuk kepentingan hidup sehari-hari.
3)Meningkatnya kesadaran warga belajar dan masyarakat sekitar PKBM akan pentingnya pendidikan/keterampilan
4)Terbukanya kesempatan bagi warga belajar dalam mengelola usaha sebagai sumber mata pencaharian.
5)Meningkatnya pendapatan/kesejahteraan masyarakat setempat.

Perencanaan Program

Mengapa kita perlu merencanakan program dan apa manfaatnya bagi lembaga?
1.Untuk menjadi acuan lembaga selama pelaksanaan program.
Setiap lembaga memiliki keterbatasan, baik dalam hal dana, sumber daya manusia, sumber daya fisik, bahkan waktu. Keterbatasan sumber daya ini membuat lembaga tidak dapat melakukan semua kegiatan, maupun program yang diinginkan. Dengan melakukan perencanaan program, lembaga akan dapat mengalokasikan sumber dayanya yang terbatas untuk melakukan program prioritas yang akan membantu mewujudkan visi dan tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga PNF.

2.Untuk menjadi acuan bagi pihak lain yang akan bekerja sama dengan lembaga.
Sepanjang keberlangsungan lembaga, dapat dipastikan bahwa lembaga selalu membutuhkan kerja sama dengan pihak lain. Kerja sama tersebut dapat berbentuk berbagi kegiatan maupun pemberian bantuan uang maupun sarana. Untuk memudahkan kerja sama antar lembaga, maka dibutuhkan perencanaan program yang jelas yang akan menjadi acuan bagi pihak-pihak yang bekerja sama untuk menjalankan kewajibannya. Pemberi bantuan dana juga dapat mengacu pada perencanaan program untuk meninjau seberapa besar kemampuannya untuk membantu lembaga. Ketika kerja sama sudah terlaksana, perencanaan program dapat dijadikan patokan untuk menilai kemajuan program.

Siapa saja yang perlu dilibatkan dalam perencanaan program?Ketika merencanakan program, ada beberapa pihak yang seharusnya terlibat dalam proses tersebut, yaitu:
1.Pimpinan, sebagai pengambil keputusan dalam lembaga dan penentu arah lembaga.
2.Pengelola, sebagai pengelola berbagai kegiatan lembaga.
3.Staf keuangan, sebagai pihak yang mengetahui kapasitas keuangan lembaga dan memahami teknis penyusunan rencana anggaran.
4.Staf lapangan, sebagai pelaksana langsung program di lapangan.
5.Wakil atau representasi dari kelompok sasaran. Mereka adalah stakeholder dalam program lembaga. Namun lembaga perlu berhati-hati ketika melakukan perencanaan bersama kelompok sasaran. Jangan membuat janji untuk melaksanakan berbagai program kepada kelompok sasaran. Bila janji tidak terpenuhi maka hal ini akan menjadi bumerang bagi lembaga.

Informasi apa saja yang dibutuhkan untuk perencanaan program?Sebagai bahan masukan bagi perencanaan program maka lembaga perlu mempertimbangkan berbagai informasi yang diperoleh dari proses analisa kebutuhan terkait dengan:
1.situasi internal lembaga, berupa:
visi, misi, tujuan, dan strategi lembaga
data mengenai kapasitas dan jumlah staf
data keuangan lembaga
2.situasi lingkungan dan permasalahan yang ada di sekitar lembaga berupa:
kebutuhan remaja
jumlah remaja
jumlah remaja yang ikut dalam program lembaga
jumlah lulusan
potensi ekonomi lokal.

Langkah-langkah melakukan perencanaan program
1.Melakukan identifikasi masalah dengan merujuk pada hasil analisa kebutuhan
Dari masalah utama yang dihadapi yaitu remaja drop out maka diperoleh beberapa masukan dari pihak yang terlibat seperti banyaknya remaja yang menganggur dan remaja yang terlibat narkoba serta kenakalan remaja
2.Menentukan prioritas masalah.
Dari ketiga masalah yang ada maka dapat ditetapkan bersama masalah yang menjadi prioritas yaitu menangani masalah remaja yang menganggur. Tentu saja hal ini ditentukan setelah kita melihat dampak yang yang diharapkan yaitu berkurangnya jumlah remaja putus sekolah. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi remaja yang menganggur, meningkatkan jumlah remaja yang memiliki keterampilan untuk bekerja serta bertambah luasnya jumlah lapangan pekerjaan
3.Menentukan alternatif penyelesaian masalah
Disini kita mulai menentukan jenis kegiatan apa yang ingin dilakukan yang sesuai dengan prioritas masalah.
4.Menentukan input yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program.
Pertimbangkan input-input apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan program. Misalnya: sumber daya manusia, sumber dana, sarana pendukung dan lainnya.
6.Buat di tabel perencanaan
7.Tentukan jadwal pelaksanaan setiap kegiatan yang ada.
8.Tentukan jumlah orang (staff) yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh kegiatan.
9.Tentukan rincian biaya dari tiap kegiatan yang telah direncanakan.
10.Buat tabel kegiatan

Analisa Kebutuhan

Mengapa kita perlu melakukan analisa kebutuhan?
Dibeberapa lembaga PNF banyak kita temukan jenis kegiatan yang peserta didiknya banyak diawal kegiatan namun semakin hari jumlah mereka semakin berkurang dan lama kelamaan habis sebelum program selesai. Ada juga contoh kasus dimana setelah mengikuti pelatihan vocasional tertentu si peserta didik tidak bisa memanfaatkan ilmu yang ia peroleh. Atau bisa jadi sebuah program paket B di suatu PKBM tutup karena tidak ada peserta didik yang mau datang, padahal didesa tersebut sangat banyak potensi calon peserta didik paket B.

Agar program di lembaga PNF dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat membawa perubahan bagi masyarakat, maka sebelum merencanakan dan melaksanakan program, perlu dilakukan analisa kebutuhan. Analisa kebutuhan dilakukan untuk menggali permasalahan yang dihadapi masyarakat. Permasalahan berkaitan dengan kondisi masyarakat seperti minat, motivasi, kemauan, dan harapan mengikuti program pembelajaran PNF. Di samping itu, lembaga PNF sendiri memiliki arah dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana strategis. Oleh karena itu, perlu dipadukan antara harapan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan rencana strategis lembaga PNF.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara menguraikan penyebab dari masalah utama yang ingin diselesaikan melalui program lembaga. Masukan dari kelompok sasaran akan sangat bermanfaat karena mereka adalah pihak yang mengalami sendiri masalah tersebut. Perlu diingat bahwa PNF tumbuh dan berkembang atas dasar kebutuhan masyarakat, dilakukan oleh masyarakat dan diperuntukkan bagi masyarakat.

Setelah semua informasi yang kita perlukan terkumpul, bagaimana langkah-langkah yang dapat kita tempuh untuk melakukan analisa kebutuhan?

1.Mengumpulkan data / informasi utama yang diperoleh melalui identifikasi kebutuhan termasuk mengumpulkan data pendukung jika diperlukan
2.Menggolongkan data menjadi bagian-bagian tertentu berdasarkan:
a.kelompok masyarakat
b. masalah utama
c.penyebab masalah
d.kebutuhan
e.potensi yang dapat dimanfaatkan.
3.Merangkum data/informasi berdasarkan golongannya dalam bentuk narasi untuk mempermudah pihak lain memahami masalah yang ada di masyarakat. (Bisa ditambahkan grafik dan gambar untuk membantu memperjelas narasi.)

Identifikasi Kebutuhan

Informasi tentang apa saja yang dapat kita jumpai ketika kita berjalan dari rumah menuju suatu tempat?

Banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan masyarakat yang membutuhkan perhatian kita. Seperti misalnya banyak sekali pemuda menganggur yang duduk-duduk diwarung sambil main gitar. Positifnya mereka bisa mengamen dan mendapatkan uang dari hasil mengamen tersebut. Tapi apakah dengan mengamen itu tidak membahayakan mereka, manakala kegiatan tersebut dilakukan di perempatan jalan raya.

Hal diatas hanyalah salah satu jenis informasi yang dapat kita peroleh, informasi lain yaitu mengenai :
Lokasi geografis,
Jumlah populasi,
Situasi pendidikan dan kesehatan,
Infrastruktur yang tersedia
Profil ekonomi
Apakah ada kekhususan daerah, misalnya wisata, perkebunan kopi dll
Organisasi nirlaba, organisasi profesi di daerah tsb
Masalah di masyarakat, seperti banyak siswa drop-out dari sekolah formal, tingkat pengangguran tinggi, jarak ke sekolah formal jauh, risiko AIDS tinggi, dsb.
Struktur sosial ekonomi, politik, budaya setempat, dan jejaring kerjasama masyarakat


Bagaimana kita bisa mendapatkan informasi?

Melakukan pertemuan masyarakat misalnya di balai desa
Data pemerintah daerah setempat
Laporan pejabat daerah
Melalui informasi sekunder (majalah, koran, berita TV, radio dsb).


Siapa yang perlu dilibatkan dalam mengumpulkan informasi?

Pemerintah daerah
calon peserta didik
tokoh masyarakat
anggota organisasi masyarakat
guru/tutor


Dengan cara apa kita bisa mendapatkan informasi?

studi literatur
wawancara
kuesioner
observasi
focus group discussion
kegiatan seni dan budaya
kegiatan keagamaan
kliping poster dan media cetak lainnya

KECAKAPAN HIDUP BUKAN HANYA KECAKAPAN KERJA

Kecakapan hidup atau life skills lebih banyak dipahami hanya sebagai kecakapan vokasional atau kecakapan kerja. Padahal seperti konsep pendidikan non-formal, konsep Kecakapan Hidup juga merupakan konsep yang multi-definisi.
Selama ini pendidikan vokasional lebih mendominasi dalam pendidikan kecakapan hidup. Sehingga anggapan yang berkembang dalam masyarakat adalah jika sudah melakukan pendidikan vokasional berarti sudah melakukan pendidikan kecakapan hidup. Padahal dengan sudah dikuasainya pendidikan vokasional belum tentu peserta didik akan siap menerima pendidikan berkelanjutan, memasuki dunia kerja serta berperan aktif dalam bidang pengembangan masyarakat.
Seseorang yang telah memiliki keterampilan menjahit, dengan alasan tidak mempunyai mesin jahit ia tidak dapat mempraktekkan ketrampilannya apalagi memperoleh penghasilan. Ketika sudah ada mesin jahit ia masih juga belum bisa mempraktekkan ilmunya dengan alasan tidak ada orang yang datang untuk menjahitkan baju padanya. Ketika sudah ada orang datang menjahitkan, ia takut mencoba, karena jika salah atau rusak maka ia harus menggantinya.
Cerita di atas disebabkan oleh pendidikan yang ia peroleh hanyalah pendidikan vocasional , dimana hanya diberikan satu jenis ketrampilan tertentu yaitu menjahit. Kemampuan ia bersosialisasi dengan masyarakat tidak dimiliki sehingga ia sulit mendapatkan customer. Ketakutan untuk mencoba menandakan bahwa ia tidak percaya diri.
Kecakapan hidup (Life Skills) adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi problema-problema hidup tersebut.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional, Kecakapan Hidup dibagi menjadi empat komponen:
1.Kecakapan hidup umum
a.Kecakapan pribadi: mencakup kecakapan untuk mengenal diri sendiri, kecakapan untuk berfikir secara rasional, dan kecakapan untuk tampil dengan kepercayan diri yang mantap. Termasuk dalam kecakapan pribadi adalah keimanan, ketaqwaan, kesopanan, etika dan budi pekerti dalam tata kehidupan bermasyarakat.
b.Kecakapan sosial: mencakup kecakapan untuk berkomunikasi, melakukan kerjasama, bertenggangrasa, dan memiliki kepedulian serta tanggungjawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat
2.Kecakapan hidup khusus
a.Kecakapan akademik/intelektual: mencakup kecakapan untuk merumuskan dan memecahkan masalah yang dihadapi melalui proses berfikir kritis, analitis, dan sistematis. Dengan demikian yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian, eksplorasi, inovasi dan kreasi melalui pendekatan ilmiah. Selain itu memiliki kemampuan untuk memanfaatkan hasil-hasil teknologi untuk mendukung kegiatannya.
b.Kecakapan kerja/vokasional: kecakapan yang berkaitan dengan bidang keterampilan professional tertentu dalam dunia usaha dan industri baik dipergunakan untuk bekerja sebagai karyawan/wati maupun mandiri.
Pendidikan Kecakapan Hidup merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan seseorang untuk melaksanakan hidup dan kehidupannya secara tepatguna dan berdayaguna. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang dituntut untuk memiliki secara sekaligus empat jenis kecakapan yaitu Kecakapan Pribadi, Kecakapan Sosial, Kecakapan Akademik, dan Kecakapan Vokasional. Keempat jenis kecakapan hidup tersebut berlandaskan pada kecakapan spiritual yang mencakup masalah keimanan, ketaqwaan, moral, etika dan budi pekerti yang luhur dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian pendidikan kecakapan hidup diarahkan pada pembentukan manusia seutuhnya yang berahlak mulia, cerdas, terampil, mandiri, produktif dan beretos kerja tinggi.

Depdiknas mengemukakan bahwa secara umum tujuan pendidikan kecakapan hidup di semua jalur pendidikan adalah untuk:
(1) Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(2) Memberikan kesempatan kepada lembaga pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan sepanjang hayat
(3) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah/lembaga PNF, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat.

Jumat, 24 April 2009

Mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan sebuah Lembaga yang lahir sebagai alternative untuk memberikan layanan bagi kelompok masyarakat yang tidak dapat dilayani oleh pendidikan formal. Dimana dalam UU system Pendidikan Nasional no.20/2003, pemerintah mendefinisikan Pendidikan Non Formal di Indonesia sebagai jalur pendidikan di luar jalur pendidikan Formal yang bersifat sistematis dan berjenjang.
Pada kenyataannya PKBM merupakan sebuah organisasi yang lahir dari kebutuhan masyarakat yang penyelenggaraannya dikelola oleh masyarakat dan nantinya diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri.

Keadaan PKBM saat ini
Dalam sebuah PKBM sedikitnya diselenggarakan tiga jenis kegiatan seperti program kesetaraan paket A,B maupun C, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), berbagai jenis ketrampilan kerja seperti perbengkelan, menjahit, tata boga, computer dan lain sebagainya. Karena PKBM merupakan lembaga pendidikan non formal maka peserta didik yang mengikuti kegiatan tidak dibatasi oleh usia.
Heterogenitas usia pada peserta didik tersebut menyebabkan adanya rentang usia yang cukup lebar. Dari segi positif hal ini dengan sendirinya bisa melatih peserta didik untuk bersifat toleran. Namun hal ini harus diimbangi dengan tersedianya tutor yang akan menjadi pendamping sekaligus fasilitator bagi mereka dalam belajar . Tanpa kecukupan tenaga tutor baik dalam kualitas maupun kuantitas, maka hal ini justru bisa mengakibatkan adanya kesenjangan pencapaian hasil belajar pada kelompok usia tertentu.
Sebagian besar peserta didik di PKBM (walaupun hingga saat ini belum diketahui jelas berapa presentase rata-rata) berasal dari keluarga prasejahtera, dan ini pula yang menyebabkan mereka putus sekolah. Sehingga bisa dipastikan akan sangat sulit untuk mengandalkan pembiayaan swadaya dari masyarakat. Tidaklah mengherankan kalau hingga saat ini dana block grant dari pemerintahlah yang menjadi sumber dana utama dari PKBM walaupun ada juga PKBM yang telah maju yang mendapatkan dana bantuan dari stakeholder yang berada disekitarnya.
Dengan melihat latar belakang peserta didik itu pula maka penyelenggaraan pembelajaran di PKBM fleksibel dalam hal waktu bahkan tempat belajar. Sedikitnya pendanaan berimbas pada sarana dan prasarana belajar yang minim. Untuk ruang belajar biasanya PKBM meminjam tempat umum seperti sekolah yang dipakai bergantian waktu dengan sekolah formal atau di balai desa. Dengan kondisi yang demikian maka diperlukan kemandirian belajar yang tinggi bagi peserta didik, namun mengingat usia yang bervariasi hal ini bisa menyebabkan motivasi peserta didik yang sangat bervariasi pula.

Langkah-langkah mengembangkan PKBM
Dengan melihat kondisi yang ada maka diperlukan kebebasan bagi PKBM untuk berkembang melalui penyelenggaraan program sesuai dengan kebutuhan


lingkungan, tanpa didikte oleh kucuran block grant pemerintah. Hal ini bisa ditempuh melalui:
1.Melakukan Identifikasi dan Analisa Kebutuhan Masyarakat
Ketergantungan yang besar pada block grant pemerintah menyebabkan PKBM memprioritaskan kegiatan yang akan didanai tanpa melihat apakah kegiatan tersebut sesuai dan benar-benar dibutuhkan oleh masyrakat sekitar. Sehingga dalam prakteknya analisa kebutuhan masyarakat sering ditinggalkan yang pada akhirnya program yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Singkat cerita program tersebut akhirnya menjadi program menghabiskan uang .
Identifikasi bisa dilakukan dengan observasi, wawancara,survei masyarakat,kunjungan lapangan serta analisa pustaka. Dalam hal ini perlu diperhatikan keadaan geografis, demografis, ekonomi dan social budaya, bahasa, dan pendidikan. Salah satu cara yang bisa dipilih adalah dengan membuat pemetaan masalah serta potensi yang dapat dideskripsikan dan diberikan batasan untuk akhirrnya dijadikan sebagai masalah yang akan dianalisa sebagai acuan pembuatan program.

2.Membuat dan mengembangkan rencana program berdasarkan hasil identifikasi dan analisa kebutuhan masyarakat.
Sebuah rencana program bisa dikatakan sebagai kunci dari keberhasilan lembaga karena dengan perencanaan ini maka segala keterbatasan yang ada baik itu dana, SDM dan sumberdaya yang lain bisa teratasi. Dengan perencanaan program pula maka PKBM bisa mengajak pihak lain untuk bekerjasama.
Sebagai bahan utama dalam pembuatan program adalah hasil analisis kebutuhan masyarakat, sehingga dalam kegiatan perencanaan ini perlu dilibatkan pengelola PKBM, Tutor, pelaksana program dilapangan serta wakil dari kelompok sasaran atau calon peserta didik. Namun perlu diingat bahwa pengelola PKBM sebaiknya tidak memberikan janji pada kelompok sasaran agar jangan sampai hal ini malah jadi bumerang bagi PKBM.

3.Melibatkan peserta didik dalam kegiatan PKBM
Ketika peserta didik diajak untuk merencanakan program yang akan dijalankan oleh PKBM bagi mereka, maka peserta didik tersebut akan merasa dihargai dan ini akan berpengaruh pula pada rasa memiliki PKBM yang akan tertanam dalam diri mereka .Hal ini akan meningkatkan motivasi dan komitmen mereka pada kegiatan yang mereka jalankan dilingkungan PKBM.

4.Mengembangkan Struktur organisasi dan Uraian tugas SDM
Sebagian besar pengelolaan PKBM dilakukan oleh masyarakat sehingga banyak sekali ditemukan PKBM yang memiliki struktur organisasi yang berjalan tanpa uraian tugas yang jelas bagi tiap-tiap jabatan yang ada. Dalam prakteknya banyak ditemui kesalah pahaman dalam menjalankan tugas oleh masing-masing pemegang jabatan.
Untuk itu perlu dibuat struktur organisasi yang tidak terlalu rumit yang sesuai dengan visi dan misi PKBM serta mengacu pada perencanaan program yang dijalankan. Uraian tugas juga harus diperjelas agar bisa menjadi panduan bagi masing-masing pemegang jabatan dalam melaksanakan tugasnya , ini akan berpengaruh pada alokasi tugas yang ada akan efisien dan atasan juga akan lebih mudah melakukan evaluasi kinerja.

5.Motivasi dan Kerjasama Untuk Meningkatkan kinerja
Dengan keterbatasan dana pada PKBM maka hal ini dapat dilakukan dengan membentuk tim kerja dalam setiap program yang dijalankan, dimana setiap orang dalam tim tersebut harus bisa bekerja sama, menciptakan suasana kerja yang nyaman, kreatif, saling memberi umpan balik dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi pada program yang dijalankan serta yang tak kalah penting adalah jiwa sosial yang tinggi..

6.Memperbaiki lingkungan fisik
Sebagian besar PKBM memang belum memiliki gedung sendiri, hal ini tidak dapat dipungkiri. Namun bukan berarti dengan gedung yang bergantian dengan sekolah formal atau menumpang di balai desa tersebut, sebuah PKBM tidak dapat dibuat menarik dari penampakan fisik. Motivasi belajar peserta didik maupun tutor dalam mengajar bisa jadi dipengaruhi oleh lingkungan fisik yang baik.
Perbaikan ini bisa dilakukan diantaranya dengan menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Reduce berarti mengurangi pemakaian bahan-bahan yang bisa dilakukan dengan membeli bahan-bahan yang hanya diperlukan saja. Reuse yaitu memakai kembali bahan-bahan bekas yang masih bisa terpakai. Recycle yang berarti mendaur ulang.

7.Tertib administrasi dan pembukuan
Perlu disadari oleh pengelola PKBM bahwa administrasi dan pembukuan sangat berperan penting bagi kelangsungan program maupun PKBM itu sendiri. Hal ini mengingat bahwa administrasi dan pembukuan berguna dalam memberikan data baik itu soal keuangan, personalia, kegiatan, peserta didik dan sebagainya yang nantinya akan digunakan dalam monitoring dan evaluasi yang akan menjadi acuan bagi pembuatan program berikutnya. Jadi pembukuan dan administrasi tidak hanya dijadikan sebagai alat pelengkap dalam pelaporan bagi pemberi dana.
8.Melakukan monitoring dan evaluasi yang efektif
Monitoring dilakukan secara terus-menerus setiap triwulan atau persemester guna memantau kemajuan kegiatan yang sedang berjalan sehingga bisa dilakukan perbaikan secepat mungkin yang nantinya bisa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Evaluasi dilakukan pada setiap akhir program guna menilai pencapaian hasil program, apakah program itu berhasil atau tidak. Hasil evaluasi ini nantinya akan digunakan untuk perbaikan program yang akan berjalan.